Friday, June 22, 2012

Dirgahayu Jakarta ke 485, Suka Duka Gue Hidup di Jakarta!

Kau kenal Jakarta ?
Yup dia Ibu nya si negara
Negara Indonesia lengkapnya,
Ok, so what happen ?


Met Dirgahayu kota Jakarta yang ke 485, tidak terasa udah 28 tahun gue hidup di Jakarta. Tinggal di kota besar seperti Jakarta memang banyak menguntungkan karena segala fasilitas kehidupan banyak tersedia dari pasar, mall, supermarket, gedung bioskop dan semua gemerlap kehidupan ada dikota besar akan tetapi dibalik semua kemudahan itu banyak juga sisi yang kurang menyenangkan seperti sifat individual penghuninya, tingkat polusi dan kriminalitas yang tinggi sampai ada istilah Ibu Kota lebih kejam dari pada Ibu Tiri muahahaha!

Tidak mudah teman untuk bisa hidup di Jakarta, dikarenakan tuntutan hidup yang makin tinggi sehingga membuat kita harus bisa memiliki gaya hidup minimalis karena biasanya apa-apa serba tipis, uang makan tipis, uang jajan tipis, dan peluang dapet jodoh pun tipis #eaaaa

Ini beberapa pengalaman yang pernah gue alamin selama hidup di Jakarta:
1. Kemacetan yang luar biasa
Ngga percaya?? Cuman di Jakarta, mobil kayak gini:


Bisa dibalap sama motor kayak gini:


Ngga ada yang salah sama mobil dan motor tersebut, hanya saja jumlah ruas jalan dan kendaraan yang beredar di jalanan Jakarta tidak sebanding sehingga menyebabkan kemacetan di mana-mana bahkan kalau lagi kumat macetnya untuk menempuh jarak 1 KM, ngga peduli mobil loe mobil sport tetap aja ngga bisa digunakan untuk menembus kemacetan.

2. Tingkat polusi udara yang tinggi
Selain macet, masalah polusi udara juga tidak lepas dari masalah Jakarta nie contohnya:

                                  Ini knalpot mobil atau cerobong pembuangan pabrik yah??

3. Sampah
Faktor tingkat kebersihan di Jakarta juga cukup memprihatinkan, padahal udah ada perda yang mengatur "Barang siapa membuang sampah sembarangan akan didenda maksimal 50 ribu atau 3 bulan kurungan penjara" hingga pembuatan plang yang menyindir seperti:


Akan tetapi kayaknya peraturan hanyalah peraturan atau pepesan kosong sehingga orang tetap membuang sampah sembarangan dan mengakibatkan banjir di mana - mana saat musim hujan.


4. Kehidupan di Jakarta matrealistis


Gimana ngga matrealistis kalau semua harus menggunakan uang, mulai dari bikin KTP, SIM bahkan mau ke toilet aja musti bayar edan kan! Ngga mau donk klo ngga bayar toilet nanti disuruh kayak gini:


5. Tingkat kriminalitas yang tinggi
Masih menyambung dari poin nomor empat di atas, dikarenakan kehidupan yang matrealistis di mana semuanya diukur dengan uang mengakibatkan beberapa orang memilih jalan pintas dari yang kerjanya halal kemudian beralih profesi menjadi:


Hampir tiap hari kita liat headlines di koran maupun berita mengenai perampokan, pembunuhan, pemerkosaan dan lain-lain di mana harusnya keamanan menjadi tanggung jawab dari kepolisian dan seluruh warga. Akan tetapi gimana mau bisa aman klo petugas kita aja kayak gini kelakuannya:


Makanya mau ngga mau, akhirnya sebagai penduduk Jakarta kita harus bisa membekali diri kita dengan kemampuan bela diri dan perlengkapan lainnya untuk menghadapi kejahatan yang bisa datang kapan saja.


Ingat kejahatan ada bukan karena hanya dari niat pelaku saja, akan tetapi karena ada kesempatan.. Waspadalah!! Waspadalah!!

Hari ini tanggal 22 Juni 2012, sebelum berganti hari gue mau ngucapin Met Dirgahayu Jakarta ke 485! Harapan gue di usia kota Jakarta yang semakin senja, warga Jakarta dapat menjadi warga bijaksana dan peduli terhadap kotanya. Semoga Jakarta ada di setiap hati warganya, bukan hanya sekedar menjadi warga yang numpang lahir, boker, hidup dan menumpuk sampah muahahaha!

Kampung Kite Klo Bukan Kite Yang Ngurusin, Sape Lagi??




2 comments:

  1. oye jakarta
    menarik gaunggnya

    padahal penuh berbagai keluhan juga
    entah mengapa mempunyai daya tarik tersendiri

    "keren juga kalimat sindiran yang di atas itu, entah mengapa seakan sudah tak punya cara lain untuk mengingatkan"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha iya, bagaimana pun buruknya Jakarta akan tetap menjadi daya magnet tersendiri selama system pembangunan di Indonesia yg belum merata!

      Delete